Coba sebentar kita
cermati komentar selebriti indonesia saat diwawancarai dalam program
infotainmen. Salah satu jurus favorit mereka dalam menjawab pertanyaan, adalah
menggunakan frase “Yang Pasti……..bla..bla..bla.”
- Reporter: “Mbak Artis, bagaimana persiapan mbak menjelang konser nanti malam?”
- Artis: “Yang pasti, aku latihan tiap hari dan bla..bla..bla”.
- Reporter: “Mbak, namanya siapa?”
- Penonton: “Rere.”
- Reporter: “Bagaimana pensi yang mbak Rere hadiri kali ini?”
- Penonton: “Yang pasti…seru abis, banyak artis-artis yang keren banget!!!!”
Ya tidak layak
untuk masuk kategori berita, wong
yang diungkapkan adalah sesuatu yang pasti-pasti. Yang pasti-pasti itu semua
orang juga sudah tahu. Jawaban dengan menggunakan jurus “yang pasti” jelas bukanlah
jawaban yang ditunggu oleh penonton atau pun oleh mereka yang ingin mengetahui
informasi lebih lanjut.
Jawaban dengan jurus “yang
pasti” dapat disejajarkan dengan pertanyaan retoris macam, “ah hari ini
matahari terbit dari timur”, “ah, es ini dingin sekali”. Ya itu sudah pasti, dan yang sudah pasti
pasti itu, konon akan masuk struktur Present Tense, demikian ujar guru bahasa
Inggris.
Lalu mengapa sering sekali muncul jawaban spontan “yang pasti”, entah dari kalangan artis,
penonton, bahkan sekarang politikus atau mereka yang disodori mic pewawancara.
Apakah ini sejenis virus di dunia digital ini?
Semata dengan menggunakan ingatan, saya coba mengira-ira,
kapankah ungkapan “yang pasti” ini mulai muncul?
Seingat saya, jurus sakti
“yang pasti” ini muncul berbarengan dengan perkembangan teknologi yang makin
memanjakan manusia dengan kecepatan. Di media televisi, muncul dengan banyaknya
realtime news. Artinya, teknologi
siaran langsung semakin menjadi biasa dalam tayangan berita televisi. Tuntutan kecepatan
dalam pemberitaan, mengharuskan hadirnya informasi yang cepat. Berita tidak
dicari, tapi diadakan dan akhirnya sang sumber berita pun akhirnya kehabisan
kata-kata. Kata-kata yang tak terpikir kemudian muncul dalam frase sakti, “yang
pasti”.
Kembali lagi ke ungkapan “yang pasti”. Benarkah saat
seseorang mengucapkan jawaban “yang pasti”, dia mengungkapkan hal yang pasti?
Bisa jadi, jawaban “yang pasti” itu adalah sebuah
penghindaran terhadap pertanyaan yang tidak siap dijawab. Atau, sebuah momen berpikir
yang ditunda sehingga seseorang masih sempat untuk sedikit (hanya sedikit) memanggil
sebentar ingatan dan mengungkapkan sesuai dengan situasi yang sedang dialami.
Mudahnya, jawaban “yang pasti” adalah jawaban encer tanpa banyak berpikir,
suatu kemalasan berpikir yang semakin masif.
Mungkin saja, jawaban tersebut adalah bentuk lain dari
ungkapan “eeee…eee…” di zaman TVRI saat mic disodorkan kepada Menteri Moerdiono
(mereka yang tahu, tentu sudah senior, memang ini jebakan umur). Zaman
“eeee....eee....eee” sudah diganti dengan zaman “yang pasti”.
Atau malahan, jawaban “yang pasti” adalah jawaban
antisipatif yang ditunggu oleh penonton. Penonton sudah tahu jawaban atau
informasi tentang suatu hal. Untuk menegaskan common sense tersebut, narasumber hanya perlu mengatakan “yang
pasti…bla..bla..bla.” Seorang aktris yang akan menikah, akan menceritakan
persiapan yang dilakukan olehnya, layaknya setiap pasangan yang sedang
mempersiapkan pernikahan, mulai dari menyiapkan pakaian, membuat undangan,
memilih tempat, dan lain-lain.
Kemungkinan lain, jawaban “yang pasti” adalah pencitraan
bahwa sebaiknya, atau umumnya seseorang akan memberikan jawaban seperti yang ia
berikan. Inilah yang paling membosankan. Orang menjadi sok tahu dan memberitahu
bahwa sebaiknya atau umumnya jawaban yang diberikan adalah yang dijawab dengan
awalan “yang pasti”. “Yang pasti,
kegiatan tadi seru sekali”. Benarkah seru? Atau, sebaiknya dan umumnya kegiatan
tadi menjadi kegiatan yang “seru”?
Jadi, sebenarnya tidak ada hal yang baru. Reporter sudah
tahu, penonton sudah paham. Dan rasanya sia-sia untuk mencari tahu apa yang
ingin diungkapkan maupun apa yang ingin diketahui dan ingin dicari.
Momen ingin tahu, momen penasaran hilang dan diganti dengan
momen sok tahu. Di titik ini, benarlah
apa yang diungkapkan oleh Daniel Defoe di abad 18, “Dan apabila ada hal yang lebih pasti daripada kematian dan pajak, kita
pantas untuk mempercayainya.”
5 komentar:
Nang. font-nya ga enak dibaca...
makasih...sudah diganti...amin
Wihi, Mahatma muncul lagi :)
Yang pasti = kata lain dari pokoknya (malas mikir, malas bertele-tele, malas nerangin), semacam "ya elah, masak kayak gini harus dijelasin.."
Kapan muncul tulisan - tulisan yang inspiratif lagi?
yang pasti adalah ketidakpastian~
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.