Gerakan "Koin untuk Prita" sudah mulai usang diganti dengan gerakan simpatik lain. Banyak orang mulai lupa dengan kasus Prita. Yang ingin saya lihat di sini adalah nilai dan bukan pribadinya. Bukan Pritanya, atau perkembangan kasusnya tetapi nilai yang bisa diambil dari kasusnya.
Tanggal 21 Mei 2010, siswa saya menuliskan stastus di FB dengan provokatif, menjelek-jelakkan seorang guru dengan sumpah serapah. Banyak komentar menanggapi, juga dengan nada yang sama berhubungan dengan hal itu. Apakah mereka tidak tahu bahwa FB adalah konsumsi publik, banyak yang membaca ? Jaman saya dulu, tidak suka dengan guru, "ngrasanai" guru juga ada, tetapi hanya beredar di antara siswa. Sekarang, saat ada media FB, umpatan itu dituliskan sebagai status yang dibaca banyak orang.
Kembali lagi, kasus macam Prita hanya menjadi informasi, bukan knowledge yang bisa dipelajari. Mengungkapkan sesuatu di media jejaring sosial perlu selalu sadar bahwa apa yang mereka tuliskan adalah konsumsi publik. FB dan situs jejaring sosial lain adalah dunia lain yang berhubungan erat dengan dunia nyata. Mungkin, siswa yang menulis umpatan dan serapahan itu berpikir bahwa dunia maya, on line adalah sesuatu yang tidak ada ada hubungannya dengan dunia nyata, off line.
Mari kita bagikan pengetahuan kita dalam tulisan !
Sebelum meng-Klik POST, ambil waktu semenit untuk think before you post !
gambar diambil dari : SINI
May 23, 2010
Semenit : think before you post !
Diposkan oleh Mahatma di Sunday, May 23, 2010
Label: FB, prita, think before you post
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Copyright © 2011 mahatmaberkata-kata
Designed by headsetoptions, Blogger Templates by Blog and Web
8 komentar:
wah... kadang aku posting tanpa berpikir je!
@kang Andy : hehehe...wingi sampeyan tak impekne mlebu tipi je
nderek prihatin frat...
banyak yang salah kaprah memanfaatkan dan memberi 'value' teknologi.
jeleknya perkembangan teknologi informasi y gini mas
nasehat yg baik Ter..
bikin penasaran wae sapa sih Ter...
eh jangan dijwb ding dadi konsumsi publik donk...semoga dia menyadari kesalahannya ya Ter..
@mayandi : iya, tetep harus tahu batas, dalam budaya jawa ada yang namanya empan papan
@bu yanti : nggih kula kirim teng njenengan mangkih
wah... neko2 wae bocah saiki ter...
aku wae ngrasani yo tau konangan...
( heheheheheheheheheehehe )
@gege : iyo ge, "cah saiki" pancen ngono, btw, kita kita CAH kapan ? saiki apa mengko hehehehe...
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.