Bebek ini sangat khas karena dimasak dengan bumbu desa, dengan santan dan rasa semur yang tidak terlalu manis. Bagiku, inilah salah satu bebek yang "ngangeni". Ketika menyantapnya, terutama dengan nasi yang dilumuri kuahnya, membuatku teringat dengan masakan simbah putri.
Hari Sabtu, pagi-pagi, aku dan kelima temanku berencana untuk "ngluruk" ke warung bebek selera rakyat. Warung makan selera rakyat terletak di sebelah utara kantor polisi Seyegan. Kantor Polisi Seyegan ini terletak bersebelahan dengan Kantor Kecamatan Seyegan. Bagi orang Yogya, Seyegan tidak begitu asing. Bagi saya yang baru saja menjadi orang Yogya, Seyegan merupakan nama yang baru. Dari Terminal Jombor, Sayegan ditempuh selama 15 menit ke arah barat. Perjalanan dari Terminal Jombor ke Sayegan sendiri cukup menghibur karena masih banyak hamparan sawah yang sangat menarik untuk dipandang. Selain itu, udara yang sejuk membuat perjalanan tidak begitu melelahkan, apalagi perjalanan untuk mencari makanan "klangenan".
Bebek Selera Rakyat memang sudah lama cukup terkenal di asramaku karena salah satu teman sering membawanya. Ketika menyantapnya, aku ingin merasakannya di warungnya langsung. Bebek ini kunamakan bebek selera rakyat karena dijual di warung dengan tulisan besar warung makan selera rakyat. Makanan yang dijual di warung ini yang utama adalah bebek yang dimasak dengan berbagai bumbu desa dengan santan dengan rasa seperti semur tetapi tidak terlalu manis. Aku tidak terlalu bisa memasak sehingga tidak bisa merasakan bumbu apa saja yang digunakan. Selain bebek, ada juga sayur tempe bersantan, telor asin (telor bebek), serta tempe goreng. Minuman yang ditawarkan adalah teh panas. Teh panas di sini berwarna coklat kental dengan bau melati yang menggoda, dan ketika disruput, terasa sepetnya. Bagiku, masakan di warung ini mengobati kangenku pada masakan khas desa.
Masakan bebek selera rakyat ternyata memang membuat rakyat berselera. Hal itu dilihat dari pembeli yang kebanyakan adalah rakyat kebanyakan, beberapa adalah warga sekitar seyegan. Selera rakyat juga memberi arti pada harga yang dipatok oleh penjualnya. Satu potong bebek (dada) dengan nasi dan sedikit sayur tempe dihargai Rp 5000. Harga yang sangat merakyat. Ditambah tempe goreng dan teh panas, saya hanya cukup merogoh kocek Rp 7000. Dengan kata lain, warung ini memang menjadikan rakyak kebanyakan sebagai pangsa pasarnya. Bagi pecinta kuliner, harga di warung ini cukup mengherankan. Biasanya, di warung biasa, satu potong bebek sudah berharga Rp 7000 belum dengan nasi dan lain-lain. Pantas, Warung ini dinamakan Warung Makan Selera Rakyat.
Selain khas karena rasa dan harga, warung bebek ini juga khas karena hanya buka di pagi hari mulai pukul 06.00 pagi. Ketika saya datang pukul 07.45 di warung itu, saya masih bisa memesan menu full : sepotong dada bebek dengan nasi dan gorengan. Tetapi, tak lama kemudian, ketika ingin "nambah" bebek sudah habis, tinggal kepala saja. Banyaknya pembeli membuat warung itu biasa tutup pukul 08.30 pagi.
Perjalanan kami ini sungguh menyegarkan karena memberikan suatu alternatif khas desa yang bisa memberikan kepuasan tersendiri. Bebek goreng sudah biasa ditemui di warung-warung di sekitar Yogya, apalagi yang merupakan cabang dari bebek goreng daerah Kartosura (Bebek H. Slamet, Bebek Sari, Bebek Pak Ndut, dll). Aliran masak bebek dari Kartosurolah yang telah menguasai selera makan bebek di Yogyakarta. Setelah makan bebek selera rakyat, saya kira, ini adalah cara masak bebek yang khas yogya. Walau orang Perancis mengatakan bahwa selera makanan adalah satu hal yang tidak bisa diperdebatkan, bagiku bebek khas yogya ini masuk kategori yang layak untuk dicoba.
September 05, 2010
Bebek Selera Rakyat
Diposkan oleh Mahatma di Sunday, September 05, 2010
Label: bebek, bebek selera rakyat, kuliner, seyegan, teh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Copyright © 2011 mahatmaberkata-kata
Designed by headsetoptions, Blogger Templates by Blog and Web
6 komentar:
jane pengen nyoba, tapi wes dilairke dadi vegetarian...py maneh...hahhaa...
*blog kuliner?hihi
Edan, murah tenan. Penasaran juga kepengen nyoba, kapan aku diajak ke sana?
@indra : yo neng Kolsani, tak jak mrana hehehe
@ dony : yo mrene tapi esuk uthuk2 hahaha....
Ter,kolsani yogya po?ngertiya aku dolan?eh ,ora dhing, becanda.Emang paling ngangeni makan berlauk bebek,apalagi ditemani lagu "potong bebek"
bar lebaran boleh dicicip tuh..
@someone : yo dicoba...
@annosmile : sip, ditunggu komentarnya
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.