Antri Nonton Bioskop (Sumber Gambar ) |
Saya termasuk penyuka film dan penonton bioskop. Salah satu
ritual yang harus saya lakukan adalah mengantri tiket bioskop. Di Empire XXI Yogya, biasanya pintu masuk dibuka pada
pukul 11.00, pembelian tiket dilayani mulai pukul 11.30 sedangkan film pertama
mulai pada pukul 12.00. Yang terjadi adalah sejak sebelum dibuka, biasanya
orang sudah mengantri untuk mendapatkan tiket yang sesuai dengan jam yang
diinginkan hari itu dan tempat duduk yang nyaman. Karena tidak punya tabungan
uang di XXI (MTIX), saya selalu ikut mengantri.
Setiap kali mengantri, saya selalu memperhatikan bahwa
ternyata banyak orang bisu. PERTAMA, ketika antrian menjadi panjang dan
membentuk suatu pembatas, biasanya ada suatu bagian akses jalan yang tertutup. Biasanya orang yang tidak ikut mengantri, atau
sudah selesai mengantri perlu menggunakan jalan tersebut. Mereka biasanya
langsung saja memutus antrian tersebut untuk mendapatkan jalan, tanpa
berkomunikasi suara maupun wajah. Jadi, tidak ada permisi, tidak ada suara,
bahkan tidak ada tatapan wajah dengan ekspresi tertentu.
Sebagai pengantri saya selalu protes, mengapa tidak bilang
permisi ? saya sering sengaja tidak memberi jalan bagi mereka yang mau
menerobos semata untuk membuka mulut mereka agar keluar suara. Halnya
sederhana, namun ini cukup mengganggu saya. Mengapa banyak orang bisu ? Apakah
sudah tidak bisa berbicara dan berkomunikasi langsung ?
KEDUA. Kebisuan kedua terjadi dalam antrian itu sendiri.
Ketika memutuskan untuk mengantri, saya berarti memutuskan untuk menjadi orang
bisu selama kurang lebih 45 menit sambil terlepas dari antrian. Mengantri sendirian tanpa seseorang yang
dikenal sebelumnya adalah suatu kebisuan karena kebanyakan pengantre yang lain
juga menempatkan diri sebagai orang yang bisu. Hal itu ditambah dengan adanya
smartphone yang membuat orang makin bisu. Adanya orang di depan , belakang dan
sampingnya tidak dilihat sebagai manusia yang bisa berbicara,bisa berbunyi.
Mungkin
banyak orang lupa bahwa dirinya bisa berbicara, bisa berbunyi. Mungkin juga
sebenarnya ada keingingan untuk berbicara, untuk berbunyi, untuk saling
bersuara namun tidak terungkapkan karena sudah tertampung dengan peran bisu
yang dimainkan setiap orang dengan begitu baik.
Karena sering mengantri dan berperan sebagai orang bisu, dan saya tidak punya smartphone, saya memutuskan untuk berhenti berperan jadi orang bisu. Saya tanya depan dan belakang saya tentang film yang akan mereka tonton. Tidak selalu berhasil, kadang ada yang terlalu serius memainkan peran sebagai orang bisu, tapi banyak yang juga bosan dengan peran orang bisu ini. Biasanya, setelah 1-2 kali bertanya, orang yang saya tanya akan ganti bertanya dan muncullah percakapan. Peran bisu akan berubah menjadi peran kawan dan sesama pengantri dan penikmat film. Gampang sekali mengeluarkan suara dari para pemeran bisu ini yaitu ajak bicara tentang film, pasti nyambung.
Pengalaman bosan berperan sebagai orang bisu ini membuat saya yakin bahwa banyak orang merindukan hadirnya suara otentik dan asli dari orang asing di sekitarnya, tapi kadang sudah disituasikan untuk berperan sebagai orang bisu yang didukung dengan alat macam smartphone yang membuatnya makin bodoh dalam bersuara.
Awas Virus Bisu!
4 komentar:
permisi, numpang komentar ya :D
Ter Ndes, hape kita itu pintar kali *gak terima* :p
ya memang kadang lebih enak diem sih, daripada salah ngomong.. lagian kan aku orangnya pendiem ndes *kabur sebelum dijitak*
jadi inget dulu pas misa sendiri, di sebelah ada mbak-mbak, trus sebelum misa mulai diajak kenalan dan ngobrol :D
hehehe...ada yang gak terima nih...
Hahaha, menarik paman.
Aku juga suka menonton bioskop. Tapi, sayang gak punya anggaran, jadi ya sangat jarang.
sama, akupun seringnya dapat diajak oleh bebreapa rekan karena tahu aku suka nonton hehehe..
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.