selamatan

tadi malam aku menghadiri selamatan. kuulangi lagi, menghadiri, jadi bukan mengikuti selamatan, namun hadir dalam acara selamatan simbah buyut dari frater niko. Selamatan dibawakan dalam cara islam dengan pengajian. Hal yang menarik adalah keakraban dalam acara selamatan. Acara formalnya adalah pengajian dengan membaca ayat2 dari Al-quran. Membaca dalam arti yang sebenarnya, suatu ayat yang dibaca dengan dikidungkan. Alunan yang mengingatkanku pada seruan pemazmur yang juga dikidungkan. Seruang, kidung, ungkapan hati yang terwakili dalam untaian kata ayat2 suci, menggema, membentuk ruang dalam hati yang mendengarnya. Ruang yang sudah tertata dalam hati manusia itu perlu dibuka kembali, dimasuki, dengan cara semacam ini. Doa kidung dalam kebersamaan menyatakan kemanusiaan yang sama, yang saling menyatakan kemanusiaan dalam kebersamaan. Aku terkesan. Tak tahu apa makna setiap seruan, tetapi aku tersentuh dengan alunan doa yang dikidungkan. Sekali lagi, aku hanya hadir, physically. Kehadiran itu pula yang diharapkan oleh banyak orang. Kehadiran, keakraban manusiawi terbentuk dalam acara ini. Tetangga, saudara, kenalan, teman, semua hadir, entah mengikuti pengajian, entah hadir menemani, juga tuan rumah.

Selamatan, entah dibawakan dengan cara apa, tetap menyiratkan makna selamat. Ucapan dan sapaan yang lazim di masyarakat indonesia. Memberi ucapan atau memberi selamat. Yang diberikan adalah selamat, keselamatan, harapan akan keselamatan. Apakah harapan keselamatan itu, bila bukan suatu iman akan keberadaan yang Ilahi ! ucapan yang bukan "happy", tetapi selamat ! Selamatan adalah suatu ungkapan syukur sekaligus harapan seorang beriman. Suatu cara pandang yang sudah mendarah daging dalam masyarakat jawa. Tradisi Katolik menawarkannya dalamYesus Kristus sebagai harapan penyelamat. Dalam selamatan tadi malam, aku membawa serta juga iman akan keselamatan yang kuyakini bersama alunan kidung doa umat muslim.
gambar dicatut dari : blontankpoer.blogsome.com/2006/03/03/