Selama pulang dan tinggal di rumah, suasana kampung halaman
menawarkan bunyi-bunyian yang lama tak terdengar di telinga.
Bunyi pertama adalam “lhogok”. Bunyi “lho” diucapkan dengan aksen jawa, bukan
seperti “lho!” dalam bahasa Indonesia. Sampai saat ini , penulis tidak dapat
mencari padanan bunyi ini. Sementara, bunyi “gok” diucapkan biasa. LHOGOK merupakan umpatan khas Ambarawa dan
sekitarnya di tahun 90-an yang kadang masih juga terdengar sampai sekarang.
Perasaan puas biasanya akan menemani mereka yang mengucapkan lhogok dengan lugas dan ekspresif.
Selain “lhogok”, ada juga “cengcengpo”. Kemungkinan besar, umpatan
ini berhubungan
dengan ungkapan cina Semarangan yang masuk ke Ambarawa. Bunyi “ceng”
diucapkan seperti “enCENG gondok”, sedang bunyi “po” diucapkan seperti “kepo”. CENGCENGPO
kurang lebih berarti penakut, pecundang. Lebih tepatnya, cengcengpo digunakan untuk melabeli mereka yang memiliki
tampilan yang kuat, bisa diandalkan
(nampaknya) namun tidak menunjukkan sikap seperti yang diharapkan.
Bunyi ketiga adalah “gondhes”. Barangkali bunyi ketiga ini
masih banyak digunakan sampai sekarang, juga di luar Ambarawa. Ada yang
mengartikan GONDHES sebagai singkatan
dari “gondrong ndeso” (desa). Akan tetapi, banyak yang lebih menggunakannya
sebagai kata dengan arti orang yang tidak taat aturan, orang yang terkesan berandalan,
bahkan seringkali dugakan sebagai sapaan hangat antar kawan dekat. Nuansa meremehkan akan nampak tatkala gondhes
(ndes) diucapkan kepada mereka yang
belum begitu kenal.
Bunyi-bunyian yang muncul kembali di kampung halaman semacam
sebuah "kalibrator"yang membuat kita kembali in tune dengan suasana kampung
halaman. Lebih lagi, hal ini membuat kita sadar dari mana kita berasal, di mana
kita sekarang dan ke mana kita akan melangkah.
“Pulang” memang bukan milik mereka yang nomaden. Pulang hanya dimiliki oleh
mereka yang memiliki tujuan, asal usul, dan pegangan hidup. Salah satunya, pulang berarti kembali ke
tempat/situasi asal dan menyempitkan jarak untuk menyadari kemanusiaan kita
bahwa nantinya kita juga akan pulang ke asal dan tujuan hidup kita.
Jangan lupa pulang!
15 komentar:
Sependek yang saya tahu dan sepanjang yang saya punya:
Ada kosakata "dlogok" yang artinya bekas/mantan, misalnya dlogok bajingan artinya mantan bajingan.
Ketika tengah dekade lalu saya pindah ke Solo, tiba-tiba terasa aneh ketika mendengar lhogok jadi umpatan. entah ada hubungannya dengan kata dlogok atau tidak, saya tidak tahu.
Cengcengpo sudah pernah saya dengar jauh sebelumnya, sekitaran masa saya SMP-SMA. Di kampung saya diartikan sebagai cengar-cengir plonga-plongo. Sedangkan gondhes sudah saya tahu sejak masa kanak-kanak.
Beberapa bulan terakhir ini saya berdomisili di lingkungan berbahasa Indonesia dan Sunda, jadi kangen Jawa nih! :D
ada film pendek yang apik judulnya cheng cheng po, udah pernah lihat belum, Kak Ndes?
Klau dijogja ada istilah dab.. gek..
cah semarang juga sering pake gondhes ^^
@Andy MSE: ya bener kang, bunyi masa lalu. Cengcengpo jebulane ada kepanjangane juga ya ? hehehe..
Asal-usul ndlogok baru tahu juga nih, izin tak masukkan yah hehehe...
salam di tlatah Sunda
@Stella Vania:
Ketoke pernah dengar, tentang multikulturalisme gitu yah?
durung ndelok nduk, punya pinjamannya? hehehe...
@Aloysius Triyanto: iya pak, ini juga pernah jadi bahasa harianku hehehe..http://mahatmaberkata-kata.blogspot.com/2010/11/dab-ndes-bro-cuk-boss.html
@didut: iya bener sekali, dan Ambarawa adalah perpaduan Semarangan, Solo dan Jogja, jadi kena semua hehehe...
@Kak Ndes Atma: iya bener, tentang multikulturalisme gitu.. aku ada filmnya, Kak Ndes hehe :D
Hahaha. Ini melanjutkan tulisan dab, jancuk yg doloe nih. Kirain dah vacuum nge blog pak frat. Ntar klo ane nulis di kompasiana mampir pak frat. Klo skrg lg sibuk nulis skripsi.
@Galih Prakoso: wah kompasianer juga nih hehehe..oke nanti tak mampir, selamat melanjutkan skripsi ya bro, semoga lancar dan sukses...semangat !!!
@Stella Vania: oke siap, ntar aku pinjam yah pas di Jogja, salam...
Ter ne Di*ldo opo? #elengukumanmujamanSTMpeng50ngomong.
Heheh...
dan... aku terdampar di blog-mu... wakakakakakaka
Keren Sejarah
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.