Berapa rata-rata uang saku anak SMU di Solo tahun 2009 ? 1000 ? 5000 ?
Tidak tahu, tetapi dalam sehari, modal saya berjualan makanan kecil di SMK udah kembali. ceritanya begini.
Tahun ajaran baru ini, saya "nyambi" jadi guru di SMK mikael Surakarta. Kebetulan ada satu guru di sini yang sedang studi di German sehingga saya ditunjuk dalam suatu tirani mayoritas (hehehehe...) untuk jadi guru. guru bukan sembarang guru, guru kewirausahaan !!
Survey membuktikan bahwa sangat sedikit orang yang "dhong" dengan istilah kewirausahaan. Ketika saya ditanya bapak-bapak, "mas ngajar apa ?", kemudian saya jawab, "Kewirausahaan pak", saya harus menjelaskan panjang lebar apa itu kewirausahaan. wis pokoknya, perlu banyak bersabar dengan tugas baru ini. Tetapi namanya juga guru baru dengan tugas baru, ada tantangannya !!
Belum selesai. Saya bukan praktisi, belum pernah belajar kewirausahaan, juga tidak tertarik dengan bisnis, bahkan merasa tidak punya jiwa bisnis (saya dari filsafat), kok diminta mengajar kewirausahaan ? hehehehe....pokoknya maju !!
Di kelas 3, ada yang namanya ujian praktek, termasuk kewirausahaan. saya diminta untuk membuat ujian praktek ! kembali, harus putar otak untuk menetapkannya. Dengan piranti filsafat (satu-satunya keahlian), saya berpikir-pikir, mencoba mencari inti dari kewirausahaan. gak ketemu-temu juga !!
ujian harus segera dilaksanakan, pilihan jatuh pada pembuatan koperasi sekolah !!
Jelas, kegiatan ini pro rakyat ! gerakan ekonomi kerakyatan. modal dari anggota, dikelola anggota, konsumen adalah anggota dan laba kembali ke anggota !! Ssiswa ujian praktek presentasi proposal pembuatan koperasi sekolah, dilombakan, yang menang akan mendapat hadiah dan proposalnya akan ditindaklanjuti.
Ujian sudah selesai, sudah kelihatan proposal yang realistis untuk diwujudkan, tinggal mewujudkan. Sembari menyempurnakan proposal, muncul ide untuk test case, melihat potensi pasar. jualan jajanan cah cilik-cilik. makanan yang sudah 10 tahun tidak kusentuh blas .....biasanya juga sudah malu mau beli makanan anak kecil macam chiki, taro, wafer, dll. udah gak jamannya, lagi, tapi kali ini gak ada malu, harus cari dan jual.
Jadilah, mulai senen kemaren ada satu meja di samping lab komputer yang berisi jajanan anak kecil, dengan tempelan harga barang, tanpa penjaga. Hasilnya ? dalam 1 hari, modal kembali !!! hari kedua, guru lain yang mencoba kulakan dan juga kembali dalam sehari !! namanya juga baru melihat pasar, barang habis kemudian tutup, akan evaluasi dulu selama minggu ini. Yang menarik, bukan gerakan ekonomi rakyat, atau modal yang kembali sehari, tetapi jenis jajanananya !!
Nostalgia saat masih sekolah !!! jajan makanan kecil dalam plastik, es teh dalam plastik, makan minum sambil jalan, dunia yang menyenangkan ! apa ya namanya ? romantisme jaman sekolah ? ya ? mungkin, ...saat uang saku 500 rupiah dan bisa untuk membeli krip-krip, nasi, leker, es lilin, gulai ayam, ...dan masih minta uang untuk jajan.
saat ditanya ibu, "le, njaluk duwit nggo apa ? "
...maka jawaban yang klise.."nggo jajan ciki ! "
apapun mereknya, semua makanan dalam bungkus saya namai chiki. semua anak sepermainanku di jaman itu juga menyebutnya demikian, bahkan ibu sayapun selalu menasehati "le, aja kakean jajan ciki yo!"
Nama merek chiki menjadi nama makanan, sama seperti odol, honda, atau sanyo, semua sudah menjadi sebutan jenis barang lebih daripada menyebut merek barang. sudahlah, itu urusan ahli bahasa. Tentang chiki, saya kira, semua anak kecil mengalami hal itu. lebih suka dengan chiki dari pada dengan makanan yang disediakan di rumah. bahkan, ketika sang ibu membelikan makanan dengan bungkus, harus dengan bungkus yang seukuran chiki atau lebih kecil. ini anehnya.
Ketika diberi roti dengan bungkus yang besar dan isinya banyak, saya selalu menolak dengan dalih bahwa itu adalah makanan milik orang tua-tua dan pasti rasanya tidak enak. Tetapi bila makanan yang sama itu dibungkus kecil-kecil seukuran chiki atau lebih kecil (big royal, misalnya), dengan senang hati saya terima sebagai makanana anak-anak. anak-anak membutuhkan makanan anak-anak dengan kemasan yang benar-benar anak anak juga.
Itu yang saya pelajari. bukan hal baru, namun cukup menarik karena menyingkapkan identitas kelompok. dengan makan makanan anak-anak, saya ada dalam kelompok anak-anak yang tidak mau disamakan dengan orang dewasa. pola apa ini ? sejak kecil, ternyata saya sudah belajar untuk mengelompokkan diri, mengidentifikasi diri dengan suatu kelompok bahkan melalui makanan yang saya makan (kalau suka sengsu berarti masuk golongan apa ya ? hahahaha...).
maka bolehlah saya menutup catatan kecil ini dengan ungkapan :
makanan yang anda makan mengungkapkan siapa diri anda
March 18, 2009
anda adalah apa yang anda makan
Diposkan oleh Mahatma di Wednesday, March 18, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Copyright © 2011 mahatmaberkata-kata
Designed by headsetoptions, Blogger Templates by Blog and Web
3 komentar:
Wew, sengsu? Komplang opo Pemuda? Haha!
Btw, kalo direalisasikan sebagai kantin kejujuran, pasti oke tuh. Melatih menjadi wirausahawan yang jujur
traktir yooo ... :)
kapan traktir ? ciki mau ?
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.