April 22, 2009

Guru: garis depan pendidikan (atau tentang gap tujuan pendidikan)

Tulisan ini akan saya mulai dengan dua cerita. Yang pertama berhubungan dengan gelaran yang biasa dilakukan tiap tahun bagi siswa kelas 3 SMP, SMA dan kelas 6 SD yaitu Ujian Nasional. Di hari terakhir ujian nasional, setelah semua siswa selesai mengerjakan, salah seorang siswa datang kepada saya dan bertanya,” Pak, Ujian KWUnya apa ?” Kebetulan saya mengajar mata pelajaran KWU yang akan dijadikan bahan Ujian Sekolah setelah Ujian Nasional berlangsung. Saya menjawab dengan tegas, “ya sesuai dengan silabus serta kisi-kisi yang saya bagikan, tidak akan keluar dari situ!”. Sang Anak kemudian berkata “ Ah Pak, beri kami sedikit kenang-kenangan nilai yang baik, masak sekolah 3 tahun nilai akhirnya jelek!” Jawab saya “ah, bodoh sekali kamu bila mau saya beri soalnya”, tetapi anak itu tidak kehabisan akal “ Di koran aja ada sekelompok kepala sekolah di Bengkulu yang terlibat pembocoran soal untuk siswanya, hanya saja digagalkan oleh Kepolisian, Nah. Bapak dapat melakukan juga dong, buat kami, khan soalnya yang buat bapak sendiri ! hehehehe...”. Saya hanya melempar senyum kepada siswa tersebut dan menjawab “ Kasihan ya para pendidik itu! “.
........artikel lengkap akan diposting setelah dimuat di majalah KEfAS.....

4 komentar:

-bias- said...

wah wah wah....

bocorane dunk kang :P

Mahatma said...

hahahaha....
mosok isih gelem njaluk bocoran,
wis tak gawakke djarum kere ae sesuk...

Anonymous said...

gyehehe..
jadi tersinggung,,
soale yoo ra mesti pas UN thok'
aku wae yen meh midtest opo UAS,
yoo kerjaanna nyari2 bocoran..
lobi-lobi dosen.. hehe

Mahatma said...

wah wah....pendekatan non akademis pun dilakukan. tipikal murid rajin....rajin lobi dosen.
sama kok nduk, aku yo wis tau dadi murid, dadi mahasiswa...

Post a Comment

Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.

Powered by Blogger.