“Selama kemiskinan masih ada di muka bumi ini, Marx masih laku “. Kata-kata tersebut muncul dalam salah satu diskusi di STF, jaman kuliah dulu. Dan kenyataannya, sampai saat inipun, kemiskinan masih ada, masih banyak (tanpa memperdebatkan ukuran miskin).
Tetapi, kelihatan bahwa saat ini, tak lagi terdengar suara Marx di kampus-kampus atau di jalan-jalan, bahkan di kalangan akademisi pembaca traktat-traktat Marx. Benarkah ini jamannya the end of ideology ? Tak ada lagi Ideologi, kata beberapa orang, pasca runtuhnya tembok Berlin. Apakah Fundamentalisme pasar bukan ideologi ? Benarkah juga ini the end of history-nya Francis Fukuyama ? Lalu apa yang tinggal dari matinya pesona ideologi ?
Ideologi masih bergema dan mempesona saat orang membutuhkan pegangan, membutuhkan utopia atas hidup yang seringkali tak tertangungkan. Di sini, Marx menjadi salah satu penawar yang berdiri di kursi akademis, atas penderitaan manusia yang tak tertanggungkan. Kubaca lagi Magnis-Suseno.
Marx, sering dicatut oleh agamawan sebagai musuh agama. Marx dianggap telah mewartakan bahwa agama itu menyesatkan dan menipu rakyat. Marx dianggap mengatakan bahwa agama membuat orang miskin dan tertindas. Ia juga dianggap membawa agama sebagai penetral hasrat protes dan membertontak dari manusia di hadapan nasib.
Ceritanya dimulai saat Marx mengkritik Feurbach. Marx mengamini Feurbach bahwa agama itu dunia khayal di mana manusia mencari dirinya sendiri. Tetapi Feurbach berhenti di tengah jalan. Feurbach tidak bertanya mengapa manusia melarikan diri ke khayalan daripada mewujudkan diri dalam kehidupan nyata. Menurut Marx, manusia tidak ke dunia nyata karena kehidupan nyata, tidak mengijinkan manusia untuk mewujudkan kekayaan hakekatnya. Manusia melarikan diri ke dunia khayalan karena dunia nyata menindasnya.
Agama adalah protes manusia terhadap keadaan yang terhina dan tertindas. Agama adalah candu rakyat. Oleh karena itu, kritik agama tidak bermanfaat. Yang perlu adalah mengubah keadaan masyaraat yang membuat manusia lari ke dalam agama. Yang diperlukan bukan kritik agama, namun revolusi. Agama akan menghilang dengan sendirinya, bila manusia dapat membangun dunia yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan hakekatnya secara nyata dan positif.
Agama melumpuhkan semangat lawan kelas tertindas dan karena itu menguntungkan kelas atas. Apakah jaman sekarang tak lagi ada kelas dalam masyarakat yang terpolarisasi dengan tajam ? Jawabannya mudah, masih.
Dalam kenyataan, memang agama seringkali bersama kekuasaan membiarkan rakyat hidup dalam keadaan miskin dan tak berdaya. Agama sering menjadi sekutu pada penghisap dan penindas.
Terhadap Marx, agama perlu memberikan bukti bahwa ia bukan pelarian. Agama perlu memberdayakan penganutnya untuk membangun masyarakat yang solider dengan mereka yang miskin, lemah, masyarakat yang positif, damai, saling menghormati, serta melawan ketidakadilan dan penindasan mereka yang tidak berdaya. Lebih jauh lagi, agamawan memperlihatkan bahwa mencari Allah bukan hanya tidak mengasingkan manusia dari dirinya sendiri, melainkan justru akan mengembangkan identitas dan hakekatnya yang positif.
Gambar diambil dari:http://blog.ssis.edu.vn/terryp/files/2009/10/africa_poverty-383x480.png
December 07, 2009
Marx : Agama adalah candu
Diposkan oleh Mahatma di Monday, December 07, 2009
Label: agama, feurbach, ideologi, ideology, karl marx, kelas, kemiskinan, khayalan, marx, penindasan, rakyat, the end of history, the end of ideology
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Copyright © 2011 mahatmaberkata-kata
Designed by headsetoptions, Blogger Templates by Blog and Web
15 komentar:
berarti salah satu daya tarik dari Marx adalah:
"wekmu wekku"
udah gila si Marx
aku gak ngikut ngikut..., ndak mudheng......
hanya bisa terngangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
agama adalah hubungan personal dengan sang penciptanya....
setuju pak....
filosofine marx ki kuwalik
diatas mas gajah pesing bilang...
"wekku wekmu"...
tapi jangan sampai ya berubah jadi "tekku tokno tekmu" punyaku pasngkan punyamu...
gawat kui, hahahaha...
@gajah : wekku ya wek ku, wekmu yo wekmu hehehe...
@Yos : nek kangmas YOS ki senenge memperlihatkan TOKMU sing gedhe kui yo hahahaha....
saia berusaha untuk mengembangkan hakekat dan identitas sebagai gajah
jangan ngikutin marx ah...
aku malah tertarik dengan Marx untuk merefleksikan dunia maya ini...
Jika kita dapat menanggapi apa yang jadi pendapat karl marx bahwa agama adalah produk penguasa untuk membungkam perlawanan kelas proletar, bagiku secara empirik saja (doktrinnya marx), pendapat marx dapat terbantahkan.
Bahwa sepanjang sejarah Islam, adalah sejarah perlawanan. Perlawanan proletar melawan kecongkakan saudagar2 kaya dan raja2 dzalim.
pandangan marx tentang agama terbantahkan dengan doktrinnya sendiri. doktrin empiris.
pada intinya itu orang muslim wajib kaya.. agar dapat me-implementasikan paragraf trakhir dalam paradigma positif,.. untuk dapat mmbantu sesama dan meluruskan bahwa agama itu benar2 candu bagi kita yang dapat membawa kita kepada penghidupan yg lebih baik,
*** Dalam kenyataan, memang agama seringkali bersama kekuasaan membiarkan rakyat hidup dalam keadaan miskin dan tak berdaya. Agama sering menjadi sekutu pada penghisap dan penindas.
Terhadap Marx, agama perlu memberikan bukti bahwa ia bukan pelarian. Agama perlu memberdayakan penganutnya untuk membangun masyarakat yang solider dengan mereka yang miskin, lemah, masyarakat yang positif, damai, saling menghormati, serta melawan ketidakadilan dan penindasan mereka yang tidak berdaya. Lebih jauh lagi, agamawan memperlihatkan bahwa mencari Allah bukan hanya tidak mengasingkan manusia dari dirinya sendiri, melainkan justru akan mengembangkan identitas dan hakekatnya yang positif.
-demi wujud pencapaian kesejahteraan orang banyak. wasalam..
twit :: @wsnuwardanaelia
:: wsnuwardanaelia@yahoo.co.id
salah satunya memang begitu, bisa dengan kaya lebih dahulu, bisa juga dengan cara lain.
Post a Comment
Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.