March 07, 2010

Masa Kecil : Nostalgia Infantil ?



“Aku tidak mau menjadi dewasa” kata Thomas tegas.
“Aku juga tidak”, timpal Annika.
“Tidak, menjadi dewasa bukan sesuatu yang layak dirindukan. Orang dewasa tidak pernah mengalami hal yang mengasyikan. Yang ada cuma pekerjaan membosankan yang bertumpuk-tumpuk, lalu pakaian yang aneh-aneh, kulit jari kaki yang menebal, serta pajak rumah”. (Pipi Langstrump)

Dialog di atas dikutip dari Cerita Astrid Lindgren, Pipi di Negeri Taka-Tuka. Tiga anak kecil berusaha untuk menikmati hidup sebagai anak kecil dan ingin menunda dewasa karena bagi mereka dewasa identik dengan hal-hal yang serius, hilangnya permainan dan masuk ke dunia yang aneh. Setelah berembuk, mereka minum pil butir yang bisa membuat mereka tidak menjadi dewasa walaupun umur mereka bertambah.

Situasi semacam itu mungkin pernah dialami oleh banyak orang dewasa saat bernostalgia dengan pengalaman masa kecil mereka. Saat manusia dewasa memunculkan kembali ingatan masa kecil, keceriaan, harapan, permainan, lepas, gembira, asyik, dan masih banyak suasana kegembiraan yang menyertai. Apakah ini juga pelarian dari dunia nyata, bahwa manusia itu akan dewasa, bertemu dengan realitas yang lebih luas, berjumpa dengan tanggungjawab, bertemu dengan kesepakatan hidup bersama, bertemu dengan diri yang tidak lagi sama seperti dahulu waktu kecil ?

Bernostalgia kepada pengalaman masa kecil lewat foto, video, barang-barang masa kecil, maupun pertemuan dengan teman masa kecil memang menyenangkan dan menimbulkan gairah untuk mengekalkan masa kecil itu. Dunia anak-anak, dunia yang memang berbeda dengan dunia orang dewasa. Manusia senang berlama-lama dengan dunia semacam itu. Dunia masa kecil adalah dunia di dalam dunia. Dunia yang sama dilihat dari sudut pandang yang lain.

Dunia anak-anak tidak dapat kita buang, kita anggap sepi semata karena dianggap tidak ada. Dunia itu ada, dan masih ada serta menunggu untuk selalu dikunjungi kembali. Dalam bentuk yang agak lain, internet yang disebut dunia maya, memberikan harapan dan jejak tentang dunia anak-anak ini.

Di dunia maya, banyak harapan, potensi yang menunggu digarap. Keduanya punya kekuatan untuk melupakan semua yang harus dilakukan barang sebentar, dan masuk ke situasi tanpa tanggungan, tanpa keharusan melihat diri, bertemu dengan diri dan orang, tetapi bertemu dengan potensi dan citra diri ciptaan.

Beberapa pemikir berpendapat, ini adalah infantil atau malah dekadensi, saat manusia tidak lagi menatap diri, dan bertemu dengan diri dan realitas, tetapi bertemu dengan potensi diri. Ada yang beranggapan ini adalah dunia rekaan pencipta Allah baru. Mungkin Marx akan mengatakan bahwa Internet adalah agama baru yang melanggengkan kapitalisme dan memperlebar jurang kaya miskin. Internet membuat orang lupa akan situasi nyata bahwa masih ada penindasan. Mungkin saja, Marx akan berkata begitu.

Terserah Marx akan berkata apa, juga para filsuf berkata apa. Mungkin dia belum berefleksi dengan Neo si tokoh dalam Matrix. Mana yang nyata mana yang maya semakin lama semakin dibuat kabur. Juga di dunia maya, internet. Mana yang nyata, makin dipermainkan.

Sekarang, Pipin, Annika dan Thomas tidak usah minum pil butir lagi untuk menjadi tetap muda. Di jaman sekarang tinggal online, buka situs jejaring sosial, atau main game, mau jadi apa saja bisa, untuk menunda sejenak kejenuhan, dan permasalahan dalam hidup. Kedewasaan bukan berarti hilangnya “kekanakan” dalam hidup. “Kekanakan” dalam hidup manusia itu tetap hidup. Kapan akan keluar, apakah keluar sendiri atau dibiakkan, tergantung seberapa besar manusia berdamai dengan masa kecilnya. Semakin menyenangkan masa kecil, semakin memanggil untuk diulang-ulang. Tetapi anehnya, semakin suram masa kecil, semakin besar juga keinginan untuk mengulangnya, semacam remidi. Mungkin ada dua jalan ke masa kecil, jalan remidi dan jalan nostalgia. Jalan remidi membuat orang semakin terlihat kekanak-kanakan, tetapi jalan nostalgia membuat orang mensyukuri hidup.

Jalan mana yang akan dilalui, terserah penumpang !
Gambar diambil dari : http://www.joe-ks.com/archives_mar2007/ChildhoodRomance.htm

2 komentar:

FO Movie said...

makasih mas Atmo kunjungan ke site FO Movie-nya,
ditunggu mampir dan pinjem pilemnya lho… :)

Anonymous said...

hmmm.. Pipi Kaos Kaki Panjang,
aku pernah baca buku itu mas, lucu.. hehe
emang enak jadi anak kecil terus, gak perlu mikirin kehidupan.. yang ada cuma main.. dan kehidupan pun dijadikan mainan.. :D

Post a Comment

Silahkan berkomentar bila ada reaksi setelah membaca tulisan di atas.
Terimakasih.

Powered by Blogger.